Teruntuk:Si Penggetar Hati

Teruntuk,
Kau Si Penggetar Hati.

Kau tau? Aku pernah bermimpi tentang banyak hal. Salah satunya tentang dirimu. Aku tau saat kau membaca ini keningmu akan berkerut dalam, membuat ekspresi yang sungguh sangat menggemaskan bagiku. Tunggu, pertama-tama perkenalkan aku ini sosok perempuan dari jauh. Maksudku jauh dari pandanganmu, bukan jarakmu. Kau mungkin tak pernah tau aku, bahkan tak pernah tau bahwa aku ada. Kadang kala aku berpikir untuk berbuat konyol dihadapanmu hanya demi membuat kau mengenalku. Walau hanya sekedar memberi julukan 'Sang Gadis Konyol yang perlu dijauhi' setidaknya kau mengenalku bukan? Ohya mari kita berbalik ke topik utama kita. Maksudku, aku yang ingin membahas mimpiku tentang kau. Mimpiku, kau melihatku. Se-klise itu dan untuk saat ini apa kau bisa mengabulkannya? Sudah, lupakan saja! 

Setiap saat, setiap aku dan kau terduduk dengan asap mengepul dari cangkir didepan kita. Maksudku aku dan kau. Sekali lagi pasti keningmu berkerut semakin dalam. Lalu kau akan menggerutu panjang. Mari aku pertegas. Maksudku, aku yang terduduk sendirian dengan kau yang terduduk jauh dariku dengan pujaan hatimu. Aku berharap surat kecilku hanya kau yang membaca lalu kau larutkan dalam kamar mandimu, hingga takkan ada yang menertawakan kebodohanku lagi. Cukup diriku sendiri dan kau. 

Setiap saat itu, aku melihat kau tersenyum penuh sayang pada wanita cantik dihadapanmu. Dan aku? Si gadis malang yang terduduk sendiri dengan dua gelas di atas meja. Bertindak layaknya kau akan datang menemuiku di sana. Itu harapanku. Kau yang akan mulai bosan dengan wanita kesayanganmu, lalu beranjak meninggalkannya untuk menghampiriku dan bercerita banyak denganku. Namun apa yang aku dapat? Justru semakin larut, kau semakin larut dengannya. Semakin menunjukan betapa wanita itu beruntung bisa mendapatkanmu.

Aku tau semua tentangmu. Dan darimana aku tau? aku tak tau. Semua terasa seperti aku tiba-tiba saja tau tentangmu. Tapi aku akan memberitahukan sedikit. Aku adalah stalker yang handal. Bahkan aku tau orang tuamu, kakakmu, adikmu, sodaramu, bahkan riwayat pendidikanmu. Cukup aku saja yang tau darimana, kau hanya cukup menghela napas dan mulai melanjutkan membaca surat dariku.

Ah ya! Aku teringat saat kau dengan tergesa akan menaiki bus untuk pulang. Kau tak sengaja menyenggolku. Ya, kau tau bahwa sebenarnya aku yang sengaja menyenggolmu. Membuat cerita singkat tentang 'kebersamaan kita' yang bahkan terlalu singkat untuk disebut cerita. Untuk kali ini, kumohon sedikit anggukanmu. Rasanya bahkan terlalu senang, sampai aku terus mengucap kalimat untuk menetralisirnya. Kau mungkin hanya menganggapnya angin lalu. Hanya berucap maaf secara dingin lalu berlalu begitu saja, tak tau bahwa rasanya hampir saja aku terhuyung masuk ke kolong bus. Mungkin kau lupa, bahkan merasa bahwa kejadian itu tak pernah terjadi. Aku tau, sangat tau.

Aku lupa satu hal terpenting. Tentang pertemuan pertama kita. Kau mungkin telah bertanya-tanya sejak tadi. Aku akan jelaskan. Saat itu kau masih terlihat kurus, belum seperti sekarang. Kau terduduk sendiri dikursi panjang sudut taman. Aku belum sadar bahwa ada kau disitu. Lalu ada sebuah tragedi yang membuat kau menolongku. Kau tau? Hampir saja rasanya aku berpikir bahwa mungkin orang tua ku akan kehilangan anak bungsunya. Namun kau mematahkan pikiranku. Kau harusnya ingat, kau menolong gadis yang berperawakan dua kali lipat tubuhmu saat itu. Dan aku yakin, setelah menolongku, tanganmu akan terasa sakit. Ohya, aku belum mengucapkan terimakasih untuk itu.

Tapi mungkin jika melihatku saat ini, kau takkan mengira bahwa aku orang yang sama dengan yang kau tolong 8 tahun lalu. Benar, 8 tahun dan itu cukup bagiku untuk terus mengikutimu dan berubah menjadi bidadari idaman banyak pria. Tapi sekali lagi kau berbeda, tak sedikitpun kau melihatku. Kau terlalu terpaku pada wanita pujaanmu. Aku tau bahwa aku kalah, bahkan kalah dari wanita yang baru kau temui 2 tahun terakhir. Dan rasanya aku harus puas melihatmu dari jauh.

Mengagumimu dalam diamku. Se-mudah itu. Se-simple itu. Tapi nyatanya tak seperti yang aku kira. Aku tak tau akan sesakit ini. Akan sesulit ini. Akan serumit ini jadinya. Jika boleh memilih aku ingin mundur. Mengalah. Namun semua terasa sulit. Sesulit mengagumimu. Kaki ini sudah terlanjur terbiasa berjalan mendekat pada kau. Mata ini sudah terlanjur melihat ke arah kau. Hati ini sudah terlanjur menunjuk dirimu. 

Sekarang, sudah saatnya aku menyerah, mengalah pada waktu. Nyatanya 8 tahun terlalu lama, hingga aku melewatkan banyak hal. Termasuk masa mudaku. Yang perlu kau tau aku tak pernah menyesal dengan ini. 
Kini aku benar memilih mundur. Sampai jumpa dan berbahagialah dengan wanitamu.

Dari,
Pemilik Hati yang Kau Genggam Tanpa Sadar.

****

Pria itu menggusap wajahnya kasar dengan sebelah tangannya yang bebas melempar asal kertas yang baru saja dibacanya. Pertama dia merasa heran melihat sebuah surat diantara kado-kado pernikahannya, ia mengira salah satu temannya sengaja menggodanya dengan mengirimkan surat selamat yang panjang. Ternyata ia salah besar. Surat itu justru kini benar-benar mengguncang perasaannya. Ia tau betul siapa orang yang ditolongnya saat itu. Ia juga tau siapa yang mengirimkan surat itu. Tapi ia sungguh tak gmenyangka dengan apa yang dikatakan olehnya. Ia tak menyangka ternyata seorang gadis kecil yang ditolongnya berada didekatnya dan mengaguminya. Ini sungguh diluar dugaannya. Sosok yang baru saja berpamitan dengan dia dan keluarga istrinya untuk pergi jauh.

Dan yang lebih mengejutkan dia adalah adik iparnya.

•TAMAT•





©® Aisyah Miftachul Rochmah
Purwokerto, 10 Mei 2017


P.s: ini cerpen yang emang pendek dan gatau kenapa kecipta gitu aja.
P.s.s: setelah lama berdebu di wattpad dan diliat cuma beberapa mata, akhirnya memutuskan buat nyalin ke blog.
P.s.s.s:tengkis udah susah payah baca sampe sini:v

Komentar

Postingan Populer