Tuan Manis

 Teruntuk Tuan yang sangat Manis.


Tuan yang menawan dengan kumis tipis.


Setiap malamnya jika saja mimpi buruk menghampiri, tuan akan menemani seperti bantal yang empuk.


Tidak ragu mengelap air mata, menenangkan gemetar badan, bahkan menatap diri yang tidur dengan mulut terbuka.


Wahai Tuan yang manis, apa yang selalu kau katakan adalah kalimat termanis dihidupku.


Sepanjang perjalanan dengan rintik dan badai. Badai denganmulah yang selalu aku suka, karna kau akan memegang erat aku saat badai.


Tuanku yang manis, tapi mengapa disetiap manis selalu ada pahit.


Pahit akan janji yang terlupa, pahit akan hadir yang tidak terencana (mungkin).


Tuanku terlalu manis, sampai kadang jika manis itu hilang pahit akan melanda dengan keras.


Badai pasti berlalu katanya, tapi jika tidak dengan tuan yang memegang erat tanganku apakah bisa?


Tapi Tuanku yang manis, pahit itu terlalu sering terasa dan membekas untuk diri yang penuh dengan kehambaran.


Setiap kilasan pahit selalu hadir jika saja termenung.


Saya senang dengan Tuan, sangat senang. 

Tapi Tuanku yang manis, mari kita jalani semua dengan manis.


Hidup kamu dengan banyak orang disekeliling kamu. Yang selalu membuat kamu tertawa lebar.


Dan hidupku yang mungkin kembali hambar karna hilangnya manis dan pahit itu. Ah tidak apalah, mari kita berikan rasa dulu pada diri yang hambar ini.


Oleh diri sendiri tentunya. Tuanku, aku hanya ingin kamu bahagia.


Dan ingin diri ini sembuh dengan manis yang pas tanpa pahit.

Komentar

Postingan Populer