Kain Yang Terbentang

Diatas kain yang terbentang, masih dengan penutup kepala yang menjulur hingga kaki. 

Atas semua yang tercerai berai, kamu cuma minta ditenangkan. 

Atas semua yang berurai urai, kamu cuma minta dilegakan.

Semestinya ya, semesta akan tau tanpa kamu meraung-raung. Nyatanya begitu, si. 

Tapi, kok ya belum puas rasanya jika belum meraung-raung. Belum menunjukkan betapa rapuhnya dan beratnya apa yang dipikul. 

Padahal, boleh dikata satu gram-pun tidak ada. Hanya mencincing dengan ujung kuku mungkin, jadi terasa berat. 

Halah, manusia memang. Mau dikata mudah saja masalah itu pergi, tinggal kamu sujud betul-betul diatas kain itu. Mohonlah dalam lirih yang syahdu. 

Pastilah, semesta akan ikut meng-aamiin-kan. 

Jadi ya memang tidak perlu meraung-raung. Kamu bukan harimau yang bisa mengintimidasi seekor kelinci. Kamu hanya satu bagian yang amat kecil dari semesta. Apalagi dibanding penciptanya. Kamu sama sekali tidak seberapa. 

Jadi kembali lagi, kain yang kamu bentangkan pergunakanlah dengan benar. Jangan kamu biarkan ia menjadi saksi raunganmu saja.

Ya? 


Dari aku,
Yang sedang mencari perhatian pada semesta. 

Komentar

Postingan Populer